Bosen Minum Teh yang Gitu-Gitu Aja?. WAJIB COBA Formulasi Baru Artisan Tea!

Budaya minum teh nyatanya telah menjadi tradisi masyarakat Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun dan menjadi ciri khas tersendiri sebagai minuman hangat pembuka saat sarapan atau santai.
Sejarah menyebut, teh pertama kali ditemukan di Cina oleh Kaisar Shen Nong–bapak pertanian dan kedokteran tahun 2373 SM di mana beberapa helai daun berkali-kali jatuh ke dalam minum rebusannya.
Hal ini juga didukung oleh pendapat Founder of Indonesian Tea Institute dan pakar teh, Ratna Somantri yang menyebutkan bahwa, “teh pertama kali dikenal di Cina lebih dari 5000 tahun lalu, kemudian dibawa ke Jepang, Korea, hingga populer di Indonesia sampai saat ini.”
Sedangkan artisan tea menurut Asosiasi Artisan Teh Indonesia (ARTI) merupakan teh yang terbuat dari camellia sinensis berkualitas tinggi dan alami yang biasanya dikombinasikan dengan tisane (bahan alami lain berupa bunga, buah, dan rempah) dengan perbandingan jumlah teh >50% dari campuran lainnya.
Proses produksi artisan teh sangat diperhatikan detailnya, mulai dari pemetikan, pengeringan, penggulungan, hingga pengemasan. Beberapa jenis teh artisan bahkan masih diproses secara manual untuk menjaga kualitas dan rasa yang optimal.
Selain memiliki khasiat yang tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh, maka wajar saja jika produksi artisan tea ini sangat terbatas dan harganya cukup tinggi.
Harga yang cukup tinggi ini dikarenakan bahan teh yang digunakan dipilih sendiri dengan tujuan untuk menyediakan teh yang dapat memberikan rasa yang lebih kaya dan kompleks.
Selain itu, untuk membuat artisan tea biasanya menggunakan tangan atau mesin khusus untuk mengolahnya menjadi teh yang kaya akan khasiat dan nutrisi.
Beberapa jenis artisan tea yang sering kita temui sehari-hari di antaranya adalah teh hijau, teh oolong, dan teh herbal.
Namun, popularitas teh ternyata mendapatkan tantangannya saat disandingkan dengan kopi. Karena nyatanya dalam kehidupan sehari-hari teh dan kopi adalah minuman utama yang dikonsumsi oleh orang Indonesia.
Berdasarkan data survei Opinion Park, rata-rata orang yang menyukai teh lebih sedikit 40,6% daripada orang yang menyukai kopi lebih banyak yakni 55,6%.
Hal ini didukung oleh pernyataan Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, yang menyatakan bahwa popularitas di Indonesia saat ini belum sepopuler kopi di kalangan anak muda, maka diperlukan inovasi dengan racikan yang baru untuk tetap menjaga eksistensi teh.
Selain itu, tantangan lainnya adalah kurangnya edukasi yang lengkap mengenai wawasan teh dan kaya manfaatnya yang menyebabkan industri teh artisan pada akhirnya kurang populer dan kurang terekspos.
Melalui upaya ini, Asosiasi Artisan Teh Indonesia (ARTI) dan Dewan Teh Indonesia (DTI) yang mendirikan Rumah Teh Indonesia untuk menjaga kelestarian teh Indonesia agar tetap eksis di tengah masyarakat. Sebab, teh melalui artisan tea berpotensi besar sebagai minuman favorit selain kopi di kafe-kafe yang kerap dikunjungi oleh para generasi muda.