Tingkatkan Efisiensi Pelayanan Farmasi dengan Transformasi Digital

Admin 11 Feb 2025 12:16
header-img

Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan secara langsung dan bertanggung jawab pada pasien dengan sediaan farmasi dengan tujuan untuk mencapai hasil dan meningkatkan mutu kehidupan pasien yang lebih optimal.

Di era modern ini, paradigma pelayanan kefarmasian sepenuhnya telah berubah pada pelayanan secara rasional (1) dan mengalami perkembangannya dari drug oriented menjadi patient oriented.(2)

Dengan adanya perkembangan paradigma ini, maka apoteker dituntut untuk memberikan pelayanan kefarmasian dan mengambil keputusan dengan memperhatikan kondisi pasien. Hal ini bertujuan agar tercipta pengobatan yang rasional dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

Hal ini didukung dengan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.(3)

Adapun jenis jasa pelayanan kesehatan yang disediakan oleh institusi penyedia pelayanan harus bersifat menyeluruh (comprehensive health services) yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan (preventive health services), promosi kesehatan (promotive health services), pengobatan (curative health services), dan rehabilitasi (rehabilitative health services).(4)

Salah satu inovasi utama dalam transformasi ini adalah digitalisasi pelayanan farmasi, yang bertujuan untuk menghilangkan kerumitan dan hambatan dalam interaksi antara pasien dan penyedia layanan kesehatan.

Melalui platform digital, pasien dapat dengan mudah mengakses informasi obat, melakukan pemesanan secara online, dan bahkan berkonsultasi dengan apoteker melalui video call. 

Selain itu, sistem manajemen inventaris digital memungkinkan apotek untuk mengelola stok obat secara lebih efisien, mengurangi resiko kehabisan obat atau obat kadaluarsa. Selain itu, teknologi seperti resep elektronik dan sistem verifikasi obat membantu meminimalkan kesalahan manusia dalam peracikan dan pemberian obat.

Dalam jurnal yang ditulis oleh Ahmad Almeman, ia menyatakan bahwasanya penggunaan AI dan pembelajaran mesin meningkatkan pengambilan keputusan, mengoptimalkan inovasi, dan meningkatkan efisiensi penelitian dan uji klinis. Hal ini menghasilkan perawatan pasien yang lebih efektif dan proses pengembangan obat yang lebih efisien dalam bidang farmasi.(5)

Selain itu, ia juga menyatakan bahwa transformasi digital di sektor farmasi merupakan pergeseran penting dalam pemberian dan pengalaman layanan kesehatan. Evolusi ini lebih dari sekadar tren sementara, tetapi juga merupakan perubahan mendasar dalam lanskap layanan kesehatan.

Contoh kecilnya ada dalam aspek pelayanan kesehatan, termasuk keterlibatan pasien dan kepatuhan pengobatan, yang mengarah pada hasil layanan kesehatan yang lebih baik. 

Penelitian menunjukkan bahwa perangkat digital dalam praktik farmasi telah menghasilkan perawatan pasien yang lebih individual dan efisien. 

Lebih jauh lagi, perangkat kesehatan digital memberdayakan apoteker dengan tanggung jawab klinis yang lebih luas, khususnya dalam pengelolaan penyakit kronis seperti diabetes, di mana aplikasi dan perangkat pintar menyediakan fitur penting seperti pelacakan glukosa darah dan pengingat pengobatan. 

Dengan demikian, maka menurut Ahmad, integrasi komprehensif kesehatan digital ke dalam praktik farmasi menandakan ‘era transformatif’ dalam pemberian layanan kesehatan dan manajemen pasien. 

Oleh karena itu, maka Transformasi digital dalam pelayanan farmasi tidak hanya memberikan kemudahan bagi pasien, tetapi juga meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan aksesibilitas bagi penyedia layanan kesehatan seperti rumah sakit atau apotek.

Apoteker dapat mengalokasikan lebih banyak waktu untuk memberikan konsultasi dan edukasi kepada pasien, alih-alih terfokus pada tugas-tugas administratif yang memakan waktu. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien.

Dengan terus mengembangkan dan mengadopsi teknologi baru, kita dapat menciptakan sistem pelayanan farmasi yang lebih efisien, aman, dan mudah diakses oleh semua pasien.

Sebab, pelayanan farmasi yang efisien dan mudah diakses merupakan salah satu kebutuhan utama dalam sistem pelayanan kesehatan modern.

Sumber : 

  1. Anggraini, Wirda, dkk. Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Apotek: Praktik Kerja Lapangan Integratif 2020. Prodi Farmasi. Malang : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
  2. Nastity, Gemy dan Hadayany. Manajemen Pelayanan Farmasi. Jawa Tengah: Eureka Media Aksara, 2022.
  3. Anggraini, Wirda, dkk. Buku Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Apotek: Praktik Kerja Lapangan Integratif 2020. Malang : Prodi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
  4. Nastity, Gemy dan Hadayany. Manajemen Pelayanan Farmasi. Jawa Tengah: Eureka Media Aksara, 2022.
  5. Almeman, Ahmad. “The Digital Transformation In Pharmacy: Embracing Online Platforms and the Cosmeceutical Paradigm Shift.” Journal of Health, Population and Nutrition. No.43, No.60 (2024) 

Apakah artikel ini membantu anda?

Kami menggunakan cookie untuk memastikan bahwa kami memberikan pengalaman terbaik untuk Anda.
Jika Anda terus menggunakan situs ini, kami akan menganggap Anda menyukai website ini.